Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya | Viral Blog | Berita Viral
loading...

Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya

Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya - Hallo PemirsaViral Blog | Berita Viral, Pada Artikel yang kalian baca kali ini dengan judul Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya, kita sudah siapkan artikel ini dan itu dengan baik untuk kalian baca dan ambil informasi didalamnya ya. mudah-mudahan isi postingan Artikel inspirasi, Artikel Islam, Artikel Kisah Nyata, yang kita tulis ini dapat kalian mengerti ya,selamat membaca.

Judul : Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya
link : Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya

Baca juga


Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya

loading...
Makan malam bersama
Sahabat !! Sayangilah Ibu kau ,, sebagaimana Ibu mengasihi mu sewaktu Kecil!!

Masih banyak catatan yang harus diperhatikan oleh satu orang anak sesudah menikah. Baik dia juga sebagai anak wanita ataupun laki-laki.

Khusus bagi laki-laki, ada pengutamaan dalam hal ini. Karena, hingga kapanpun juga, nirwana bagi seorang anak letaknya yaitu pada kaki ibunda.

Tidak cuma itu, selepas menikah, bakti seseorang anak sama sekali tidak otomatis terputus dengan alasan sudah memiliki keluarga sendiri.

Dalam hal ini, utama kiranya bagi ke-2 pasangan dan keluarga terdekat buat saling mengingatkan. Janganlah dongeng ini berlangsung antara diri kita.

Suatu kisah haru nan memilukan ini, layak dijadikan cermin bagi kehidupan kita, sebagai anak ataupun orang tua.

Sebutlah namanya Fulan. Telah 21 tahunn ia menikah dengan satu orang wanita berjulukan Fulanah.

Pada umur ke 21 pernikahannya, sang istri tanya menawari, “Mas, tidak berkenankah kau makan tengah malam dengan satu orang perempuan?”

Sang suami yang benar-benar tidak memiliki saudara dan anak wanita itu bertanya pada istrinya dan merasa bingung, “Maksudmu?”

Lantas dijelaskanlah oleh sang istri, “Malam besok, keluarlah untuk makan malam bersama ibu.”

Aduhai, rupanya Fulan ini teramat sibuk dalam mengurusi keluarga, kiprah dan kehidupannya dan lupa menjenguk Ibunya.

Lanjut Fulanah, “Sudah 21 tahun kurang lebih semenjak menikah denganku kau mas tidak sempat makan malam dengan ibumu,” tuturnya menerangkan, “Teleponlah ia, ajaklah makan malam bersama. Ia tentu sangat mendambakan kebersamaan denganmu.”

Segeralah Fulan menelepon sang ibu. Dalam perbincangan tersebut, disampaikanlah maksudnya. Sang ibu yang sudah usang menjanda dan hidup dengan keluarga yang lain itu sangat sumringah mendengar permintaan itu.

Walau, ada rasa tidak yakin sanggup permintaan mengagetkan dari anak yang sangat disayanginya. Pasalnya, selama 21 tahun bukanlah waktu yang sebentar.

Hari yang direncanakan pun tiba. Fulan menuju rumah ibunya. Sesampainya di depan rumah sang ibu, sosok janda yang telah lama mendambakan kebersamaan dengan anaknya itu tengah menunggu,

Dan sang Ibu menunggu di depan pintu rumah. Tidak didapati oleh saudaranya yang lain, sang ibu serentak menyongsong, menghampiri dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, terjadilah perbincangan kecil antara keduanya. Menyangkut rumah makan dan sajian paling baik yang hendak mereka tuju dan untuk makan bersama pada malam ini.

Tidak lama kemudian, tibalah mereka di restoran makan paling baik di kota itu. Diam-diam, sang anak memperhatikan baju yang dikenakan oleh ibunya. Ternyata, Agak sempit.

Rupanya, itu merupakan baju terakhir yang diberikan oleh almarhum suaminya (Ayahanda anak tersebut). Duhai, sang anak ini hingga lupa membelikan baju baru yang pantas digunakan untuk ibunya.

Di dalam restoran datanglah pelayan pembawa menu. Di sodorkanlah list makanan yang hendak dipesan. Ternyata, sang ibu telah tidak bisa lagi membaca.

Dengan senyum, Fulan menawari, “Aku bacakan menunya. Tunjuk saja sajian apa yang Ibu kehendaki.”

Lantas dipesanlah aneka kategori makanan yang dihidangkan, tidak usang kemudian…

Karena kebahagiannya yang memuncak dikarenakan diajak makan malam oleh anak kesayangannya, selera makan sang ibu karam seketika.

Sama sekali tidak berminat untuk mencicipi, lebih-lebih melahapnya makanan tersebut.

Sosok yang telah nyaris hilang dalam hidupnya itu cuma memperhatikan anaknya, bersama cinta dan rindu yang kian bertambah.

Di tengah menikmati sajian makan malamnya, Fulan berbicara, “Bu, ini yang pertama semenjak 21 tahunn yang dulu.

Maafkan anakmu ini. Esok kita makan malam bersama lagi untuk yang ke-2.”

Mendengar kalimat itu, mata sang ibu berbinar sumringah. Binar senang itu makin bertambah hingga ke-2 manusia itu pulang. Sang anak mengantarkan ibunya ke kediamannya, sementara dirinya kembali ke rumahnya.

Setelah itu, malam berikutnya sang ibu menuggu, berharap ponselnya berbunyi dari panggilan makan malam anaknya.

Sementara itu, di lokasi lain, sang anak masih sibuk dengan dunia, kiprah dan kehidupannya. Dirinya, memang lupa bersama kesepakatan yang diungkapkannya sendiri.

Karena umur yang menua, sang ibu juga sakit. Semakin hari, bertambah parah sakitnya. Karena kesibukannya si Fulan tidak kunjung membesuk ibunya.

Sampai akhirnya, wanita berhati lembut itu meninggal sebelum sang anak pernah menjenguknya. 

Proses pemakaman berjalan dengan lancar. Namun, ada haru nan pilu yang menelisik ke dalam hati Fulan.

Perasaan bersalah pasti datangnya belakangan. Andai perasaan itu sanggup tiba lebih dahulu, barangkali dirinya bakal bisa menebus dosa-dosanya.

Setelah pulang dari pemakaman Ibunya, ponselnya bergetar. Diangkatklah oleh si Fulan. Tertera identitas pemanggil dilayar hpnya, pemanggil merupakan restoran makan lokasi dia dan ibunya makan malam beberapa waktu yang lalu.

“Halo, Pak Fulan,” tutur nada orang yang menelepon tersebu.

Setelah menjawab, penelepon meneruskan, “Maaf, Pak. Dalam catatan kasir kami, Bapak sudah memesan ruangan makan malam buat dua orang. Tagihannya sudah dibayar oleh Ibu kamu.” 

Entahlah apa yang dirasa olehnya. Dimatikanlah ponselnya sembari bergegas menuju rumah makan tersebut.

Sesampainya di sana, sang kasir menyerahkan suatu pesan tercatat tangan. Dari sang ibu. Tertera di dalamnya,

“Nak, aku mengerti. Malam ini yakni makan malam terakhir kita. Walaupun kau pernah mengakatan pada Ibu kita akan makan malam bersama lagi, Ibu tidak terlalu percaya sebab kau terlalu sibuk Nak.

Sehingga, makanlah dengan istrimu. Saya telah membayarnya untumu bersama duit Ibu.”

“Ibu, Ibu, Ibu,” Demikianlah pesan Rasulullah SAW. Sosok mulia itu mesti didahulukan kemudian gres sosok Ayah.

Sosok ibu yakni mutiara kebaikan tidak bisa tergantikan. Senantiasa ada mutiara yang bisa digali darinya.

Ya Allah , ampuni dosa kami, dosa Ayah dan Ibu kami. Sayangilah keduanya, sama ibarat mereka mengasihi kami di masa kecil. Amin,

Bagikan agar bermanfaat


Begitu deh artikelnya Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya

sudah kamu baca sampai selesai. Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan AnaknyaNah kali ini, moga aja bisa ngasih manfaat untuk kalian semua ya. so, sampai jumpa di postingan artikel berikutnya.

Kamu sekarang membaca artikel Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya dengan alamat link https://goesviralblog.blogspot.com/2019/08/kisah-sedih-makan-malam-terakhir.html
loading...

0 Response to "Kisah Sedih, Makan Malam Terakhir Seorang Ibu dengan Anaknya"

Post a Comment

loading...

Viral Terupdate