Judul : Soal Gibran, Fahri Hamzah : Pilkada Bukan Pewarisan Darah, Pilkada Bukan Dinasti
link : Soal Gibran, Fahri Hamzah : Pilkada Bukan Pewarisan Darah, Pilkada Bukan Dinasti
Soal Gibran, Fahri Hamzah : Pilkada Bukan Pewarisan Darah, Pilkada Bukan Dinasti
Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia yang dibentuk oleh Anis Matta dan Fahri Hamzah secara mantap mendukung pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso dalam Pilkada Solo. Partai Gelora pun mendukung menantunya Presiden Jokowi, Bobby Afif Nasution-Aulia Rahman Rajh pada Pilkada kota Medan, Sumatera Utara.
Dukungan Partai Gelora Indonesia terhadap anak dan menantu Presiden Jokowi mendapatkan kritikan dari warganet. Partai Gelora dianggap mendukung politik dinasti, padahal Fahri Hamzah sebagai mantan aktivis tahun 1998 berperan penting menjatuhkan Orde Baru yang sarat dengan KKN.
Benarkah jika dalam Pilkada, ada anak pejabat yang maju itu bagian dari politik dinasti? Begini penjelasan Fahri Hamzah;
Pertama itu teknis di lapangan, tidak terkait kerajaan atau dinasti.Kedua, dinasti itu pewarisan kekuasaan melalui darah. Sementara ini kan pemilu. Ada kemungkinan menang dan kalah. santai aja, jangan tegang menghadapi pilkada. Ini demokrasi lokal yang biasa.
Saya pernah kritik Gibran, kalau maju pilkada bisa berakibat ke arah reputasi bapaknya.Sekarang terbukti rame kan. Tapi, tetaplah itu tidak mengubah makna teoritis terminologi dinasty yang terkait dengan pewarisan dengan darah. Pilkada bukan pewarisan darah. Pilkada bukan dinasti.
"Dalam tradisi dinasty, pewaris kerajaan tidak mengambil resiko kalah menang. Dalam pilkada, peserta pilkada punya peluang kalah dan menang."
Dalam pilkada kalau gak suka dengan kandidat, kalahkan di kotak suara. Itu caranya. Saya mendengar banyak anak pejabat yang kalah. Di kota makasar pernah kotak kosong mengalahkan kandidat yang di-backup oleh para pejabat tinggi di republik ini. Rakyat memilih kotak kosong.
Itu saja yg saya mau sampaikan. Selamat berpilkada. Selamat menikmati demokrasi lokal.
Dalam tradisi dinasty, pewaris kerajaan tidak mengambil resiko kalah menang. Dalam pilkada, peserta pilkada punya peluang kalah dan menang. Calon mengambil resiko. Tapi biar saja orang mengambil resiko. Anak pak jokowi dan anak pak makruf mengambil resiko. Bagus dong.😂
— #2020ArahBaru (@Fahrihamzah) September 18, 2020
Begitu deh artikelnya Soal Gibran, Fahri Hamzah : Pilkada Bukan Pewarisan Darah, Pilkada Bukan Dinasti
Kamu sekarang membaca artikel Soal Gibran, Fahri Hamzah : Pilkada Bukan Pewarisan Darah, Pilkada Bukan Dinasti dengan alamat link https://goesviralblog.blogspot.com/2020/09/soal-gibran-fahri-hamzah-pilkada-bukan.html
0 Response to "Soal Gibran, Fahri Hamzah : Pilkada Bukan Pewarisan Darah, Pilkada Bukan Dinasti"
Post a Comment